Monday, December 21, 2009

Tsutsumi Model Ramah Lingkungan Pabrik Toyota

Memasuki halaman pabrik mobil Toyota Tsutsumi Plant di Aichi Prefecture, Nagoya, Jepang, seperti tidak sedang berada di suatu kawasan industri raksasa.

Bunyi mesin pabrik, yang biasanya bising, tak terdengar. Jalan di dalam kawasan pabrik itu mulus, lingkungan tertata apik, bersih dan asri. Padahal, selain Tsutsumi, ada dua pabrik Toyota lain yang posisinya berdekatan di tempat yang populer dengan nama Toyota City itu, yakni Takaoka dan Motomachi Plant.Yang terlihat justru hamparan kehijauan di area pabrik seluas 100 hektare lebih, mulai dari lahan parkir hingga ke atap bangunan. Bahkan, di beberapa tempat dibuat kolam ikan yang berisi air hasil penyulingan limbah cair pabrik.

Kondisi demikian memang menjadi komitmen Toyota Motor Corporation (TMC) sebagai produsen otomotif terbesar di Jepang. TMC yang juga berkantor pusat di kawasan tersebut, ingin membuat Tsutsumi Plant sebagai model industri berwawasan lingkungan yang komprehensif.

Bagi TMC, kendaraan hemat energi yang diproduksinya harus berasal dari pabrik yang ramah lingkungan dengan para pekerja dan komunitas sekitar yang juga cinta lingkungan. Semangat itu jelas terpancang dalam slogan TMC bahwa "Eco Cars are the Product of Eco plants and Eco-people".

Upaya membuat pabrik Toyota akrab dengan lingkungan sudah disiapkan manajemen TMC jauh-jauh hari. Toyota mencanangkan aspek lingkungan menjadi prioritas utama sebagaimana tertuang dalam Piagam Bumi atau The Toyota Earth Charter 1992. Inti dari piagam tersebut adalah komitmen Toyota untuk melakukan pendekatan lingkungan secara menyeluruh.

Tidak berhenti di situ, pada Juli 2007 manajemen Toyota mengumumkan tiga inisiatif berkelanjutan. Yakni berkelanjutan pada produk, berkelanjutan pada pabrik melalui monozukuri (hasil dari proses transformasi teknologi dan ketrampilan) serta aktivitas berkelanjutan lainnya yang berkontribusi pada kesejahteraan karyawan dan masyarakat sekitarnya.

Tsutsumi Plant yang memproduksi mobil hibrida Prius, kemudian ditunjuk sebagai model yang mampu mengharmonisasikan antara keberadaan pabrik dan lingkungan maupun penduduk lokal.

Sumber :
resiko manajemen