Thursday, November 27, 2008

RockYou, Besar Lewat Social Networking
Oleh: Rinella Putri

(Vibiznews – Leadership) – Seandainya Anda aktif di situs social networking seperti Facebook. MySpace maupun Friendster pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai aplikasi yang dikembangkan RockYou seperti SuperWall, Vampires, Emote, hingga Likeness. Berikut ini adalah kisah sukses RockYou, yang kini merupakan salah satu pengembang widget terpopuler di internet.

RockYou merupakan developer widget paling populer di internet. Dulu berawal dengan mengembangkan widget slideshow untuk MySpace, dimana ide muncul ketika kedua pendiri RockYou menyadari bahwa setiap orang ingin memperbaiki penampilan profilnya. Dalam waktu singkat, nyatanya widget tersebut sukses. Kini, widget yang dikembangkan sudah semakin beragam dan merambah ke Facebook.

Sejarah Berdiri
RockYou awalnya dirintis oleh Lance Tokuda dan Jia Shen pada tahun 2006, yang merupakan rekan kerja di Iconix, sebuah developer software dimana saat itu mereka bekerja sama dalam proyek slide show foto. Aplikasi pertama mereka juga berupa slideshow, sehingga sempat dituntut oleh Iconix atas pelanggaran kekayaan intelektual. Namun, akhirnya keduanya sepakat untuk menempuh jalan damai di luar jalur pengadilan.

Sekitar pertengahan 2007, RockYou kemudian menjadi salah satu perusahaan yang turut berpartisipasi dalam open platform ala Facebook yang mengizinkan pihak ketiga untuk mengembangkan aplikasi software-nya bagi Facebook. Aplikasi-aplikasi RockYou yang populer di Facebook mungkin sudah tidak asing lagi bagi Anda, diantaranya Photos and
Slideshows, Emote, SuperWall, Vampires, Zombies, Likeness, Hug Me dan Horoscope.

Model Bisnis
Lalu bagaimana dengan hanya mengembangkan aplikasi/widget saja, RockYou bisa mendulang kesuksesan? Tentu saja kuncinya adalah dengan menjual space iklan pada aplikasi-aplikasi yang mereka keluarkan. Misalnya, seperti yang disampaikan Jia Shen kepada Forbes, ketika Sony Pictures ingin mempromosikan film terbaru mereka Resident Evil, mereka mengiklankan film tersebut pada aplikasi Zombies. Untuk masing-masing aplikasi, mereka menerapkan strategi yang berbeda dalam meraup uang, namun mereka tidak membeberkan detailnya.

Model bisnis yang dijalankan oleh Facebook memungkinkan banyak pihak untuk mengembangkan bisnis, berbeda dengan social networking lain yang kebanyakan belum membuka diri untuk iklan. Kunci perkembangan mereka juga ada pada sistem Facebook yang memungkinkan adanya news-feed sehingga aktivitas seorang user bisa langsung diketahui oleh user lain saat itu juga. Sehingga semakin banyak aplikasi tersebut digunakan, maka efek multipliernya juga semakin besar. Selain itu, aplikasi-aplikasi tersebut pada umumnya juga meliputi invitation request yang mendorongnya untuk jadi makin populer.

Saat ini, RockYou merupakan salah satu market leader dalam hal pengembang widget. SuperWall tercatat sebagai aplikasi terpopuler di Facebook. Sementara itu, menurut data bulan Juni lalu, dengan widget dan aplikasi sekitar 50 buah, mereka berhasil mencatatkan pengunjung unik hingga 88.9 juta per bulannya. Pesaing utama mereka adalah Slide, dan dengan semakin populernya social networking, rasanya mereka akan berkembang semakin besar.

Ref : Strategic Management


Mungkinkah Menghitung ROI Social Media?
Oleh: Rinella Putri

(Vibiznews – Strategic) – Salah satu masalah yang menjadi hambatan korporat dalam menggunakan social media secara optimal adalah karena sulit menghitung return on investment (ROI)-nya. Meskipun sulit untuk diukur, namun sebaiknya perusahaan mempertimbangkan untuk memanfaatkan social media, karena manfaatnya juga cukup besar.

Kesulitan Mengukur ROI
Salah satu metric yang mungkin bisa Anda manfaatkan adalah Online Promoter Score (OPS) yang dikembangkan oleh MotiveQuest yang digunakan untuk mengukur efektivitas brand advocacy atau rekomendasi terhadap mereknya. Ini adalah metrik pertama yang menunjukkan korelasi antara advocacy online dengan penjualan.

Sejatinya, efektivitas social media sulit sekali diukur secara kuantitatif. Mengapa? Karena fokus social media ada pada interaksi, sementara itu, hasil dari interaksi tersebut sulit untuk diukur. Menjalin hubungan melalui social media merupakan proses yang berlangsung secara kontinu. Anda tidak bisa bergabung dengan social media, tidak aktif berinteraksi, lalu kemudian langsung memetik manfaatnya. Seperti yang sudah dikemukakan, Anda perlu melakukan komunikasi dua arah untuk mencapai hasil yang optimal.

Aktif di social media itu layaknya berinvestasi, investasi dengan menjalin hubungan dengan orang lain. Meskipun return investasinya sulit untuk diukur, pastikan bahwa biaya untuk melakukannya tidak melebihi manfaat yang diperoleh. Luangkan waktu untuk menjalin hubungan dengan orang lain melalui social media, dan Anda akan memperoleh returnnya dalam jangka panjang.

Manfaat
Berikut ini adalah beberapa manfaat utama yang Anda peroleh melalui penggunaan social media.

Reputasi
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Burston Mastellar dan majalah PRWeek, perusahaan yang melakukan social networking mengaku bahwa manfaat terbesar yang diperoleh adalah meningkatkan reputasi perusahaan/brand. Melalui social networking, maka perusahaan bisa menjalin hubungan dengan stakeholder yang terkait dengan bisnisnya. Sehingga, dengan cara tersebut, maka reputasi perusahaan akan terangkat karena selalu terlibat pembicaraan dengan aktif dan memberikan respon terhadap isu yang muncul mengenai perusahaan Anda.

Awareness
Dengan melakukan interaksi secara aktif memanfaatkan social media, maka tentunya perusahaan/ merek Anda akan lebih ‘terlihat’, sehingga meningkatkan brand awareness terhadap konsumen. Jika Anda aktif dalam berkomunikasi, biasanya orang juga akan memberikan respon, sehingga terjadi komunikasi dua arah yang saling menguntungkan untuk kedua belah pihak.

Penjualan
Tujuan akhir dari berinteraksi melalui social media tentu saja tetap bottom line. Jika reputasi perusahaan terangkat dan brand awareness meningkat, maka diharapkan penjualan juga akan meningkat. Namun ingat, jangan berharap hasil instant akan berpengaruh terhadap penjualan.

Ref : Strategic Management


Survey Social Media: Hanya Mengangkat Reputasi?
Oleh: Rinella Putri

(Vibiznews – Strategic) – Social networking kini memang sedang booming, bahkan pemakaiannya kini semakin berkembang dari level personal menjadi korporat. Eksekutif kini mulai menggunakan situs social networking untuk berkomunikasi dengan stakeholder. Baru-baru ini konsultan PR Burston-Marsteller dan majalah PRWeek melakukan survey yang dilakukan terhadap CEO di AS mengenai social media. Berikut ini adalah ulasan dan analisanya.

Pengaruh Media
Media manakah yang pengaruhnya dalam bisnis meningkat dalam tiga tahun belakangan ini? Jawabannya ternyata bukan koran, majalah maupun televisi. Word-of-mouth ternyata dipilih oleh 60% responden sebagai media yang pengaruhnya lebih besar, baru disusul oleh media tradisional (54%) serta blog (50%). Hanya segelintir responden yang menganggap majalah mingguan seperti Time dan Newsweek kini lebih berpengaruh dibandingkan dengan tiga tahun lalu.

Social media, seperti halnya Facebook ataupun blog, rupanya sering digunakan oleh para CEO untuk tujuan pribadi. Menurut statistic survey, tercatat sekitar 43% CEO mengaku menggunakan media-media tersebut setidaknya beberapa kali dalam seminggu. Namun, benarkah mereka menggunakannya untuk kepentingan korporat? Nyatanya, kurang dari seperlima atau tepatnya 18% yang memanfaatkan social media sebagai alat untuk berkomunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders).

Facebook, dipilih oleh 78% merupakan yang paling populer sebagai sarana komunikasi dengan stakeholders, disusul oleh MySpace (44%) dan Youtube atau situs video sharing lainnya(44%). Sementara itu Twitter, yang juga digunakan oleh perusahaan besar seperti General Motors, Dell, Southwest dan Zappos hanya dimanfaatkan oleh 19% responden.

Mengapa baru sedikit yang memanfaatkan social media sebagai sarana berkomunikasi dengan stakeholder? Ternyata karena masih banyak yang masih meragukan efektivitasnya. Hanya sekitar 29% responden yang menyatakan bahwa media tersebut ‘sangat efektif’ ataupun ’sangat efektif sekali’. Sementara itu 43% beranggapan ‘somewhat atau cukup efektif’. Namun masih ada 29% yang berpendapat bahwa media tersebut ‘tidak terlalu efektif’ dan ‘sama sekali tidak efektif’.

Salah satu alasan baru segelintir yang memanfaatkan social media adalah karena sebagian besar responden yakni 62% beranggapan bahwa social media paling berpengaruh terhadap reputasi. Hanya sekitar 48% yang percaya bahwa social media dapat mempengaruhi penjualan barang maupun jasa.

Apa yang menghambat mereka untuk aktif memanfaatkan social media antara lain adalah karena kurang relevan dengan kelompok target stakeholder (45%) diikuti oleh kekhawatiran kurang bisa mengontrol persebaran pesan (37%).

Strategi Social Media
Salah satu hambatan eksekutif dalam memanfaatkan social media adalah kurang relevan dengan target stakeholder, salah satunya pelanggan. Memang tidak semua tipe pelanggan bisa dicapai melalui social media secara langsung. Untuk pelanggan yang termasuk kaum urban, dalam usia muda hingga paruh baya, yang punya koneksi internet dengan baik, tentunya social media ini cocok. Namun jika target pelanggan merupakan ibu-ibu maupun anak-anak, rasanya social media memang ada pengaruhnya, namun tidak langsung.

Social media juga lebih cocok digunakan oleh perusahaan yang lebih mengutamakan jasa dan menjalin hubungan dengan pelanggan. Banyak perusahaan besar misalnya yang memanfaatkan Twitter sebagai perangkat yang menunjang customer service. Pernah suatu kali seorang penumpang mengungkapkan ketidakpuasannya di Twitter mengenai penerbangan Southwest yang ditunda dan kopernya yang hilang. Kemudian Twitter merespon dengan memohon maaf dan menjanjikan pengalaman penerbangan yang lebih baik di masa depan. Ketika Southwest menepati janjinya, penumpang tersebut kemudian menceritakan pengalamannya di blog.

Jadi, benarkah social media hanya berpengaruh terhadap reputasi saja? Saya berpendapat tidak. Seperti dalam kasus Southwest diatas, melalui komunikasi dua arah antara perusahaan dengan stakeholder, maka perusahaan bisa menanamkan persepsi maupun mengubah pendapat/persepsi dari stakeholder, yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap penjualan.

Melalui social media, kini informasi menyebar dengan luar biasa cepat. Sehingga, perusahaan dapat menggunakan social media untuk menyebarkan informasi secara lebih cepat pula. Menurut saya, kunci sukses social media adalah perusahaan harus melakukan komunikasi dua arah dengan stakeholder.

Ref : Strategic Management